HARI KARTINI AXEL





Hari itu, semua status entah itu di BB, Facebook ataupun twitter ramai memajang foto anak- anak memakai baju adat tradisional karena memang setiap tanggal 21 April di peringati sebagai Hari Kartini. Semua orangtua senang melihat anaknya berpakaian tradisional, menjadi cantik, ganteng, lucu, dan gemesin. Tentunya akupun pasti punya keinginan seperti itu. Tapiiiii, ini dia ceritanya.

Sekolah axel juga ikut memeriahkan hari kartini, untuk itu murid-muridnya di haruskan memakai baju tradisional dengan tujuan memperkenalkan busana daerah. 

Aku ajak axel ke tempat penyewaan baju tradisional anak-anak. Aku jelaskan bahwa axel memakai baju daerah ke sekolah pada hari jumat, axelpun mengerti. Setiba di tempat persewaan, axel aku suruh memilih baju mana yang akan dipakainya nanti, dan diapun memilih baju adat papua, bajunya simpel, celana panjang, atasannya tanpa lengan dan topi dengan eksen bulu-bulu dan tidak ada penolakan saat axel mencoba baju adatnya.

Tibalah hari H, seperti biasa axel bangun pagi dan kupakaikan baju tradisionalnya. Ekspresi wajahnya biasa, datar. Aku antar axel ke sekolah, sepanjang perjalanan aku lihat ekspresi wajahnya mulai cemberut, perasaanku tidak enak. Jangan-jangan…. 

Setiba di sekolah, mulailah axel berulah. Nempel ke aku terus sambil wajahnya cemberut, tiba-tiba menangis keras minta pulang, semua guru membujuk tapi tetap saja menangis malah semakin keras. Tangisan axel cetar membahana sampai bikin heboh suasana he he… Akhirnya aku pulang untuk menenangkan axel. Wajarlah kalau aku marah, kesel dalam hati. Karena tidak seperti yang kubayangkan dan kuinginkan. Aku tenangkan diri sebentar, mencoba berfikir positif. Lalu aku dekati axel setelah emosiku reda.  Aku Tanya axel; “ masih mau ke sekolah?”. Axel mengangguk, “tapi tidak mau pakai baju itu”, jawabnya. Aku mengalah, kupakaikan axel baju batik dan jeans dg topi adatnya. Seketika cerialah wajahnya. Tiba di sekolah, axel bersemangat dan mengikuti kegiatan lomba fashion show dan paduan suara dengan semangat dan ceria.

Oooohhhh,,, malaikat kecilku,, sekali lagi  menguji kesabaranku dan memberiku pelajaran yang berharga, betapa pentingnya mendengarkan pendapat anak TK, dan memahami kondisinya. 

Terima kasih nak, mama selalu bangga padamu…

Komentar

  1. mbak Lia, ak berkaca membacanya. seketika aku merasakan menjadi ibu, juga terbayang di pikiranku bahwa menjadi ibu butuh keterampilan khusus. salah satunya kesabaran ekstra. makasih, mbak Lia.

    BalasHapus
  2. sama-sama mbak farah,,, terima kasih sudah membaca blogku..

    BalasHapus

Posting Komentar