MENUNTASKAN MIMPI PAPAKU

Cerpen ini di tulis oleh anakku, Muhammad Axel Benicia Zamzami kelas 7 di Peacesantren Welas Asih untuk tugas sekolahnya.





Outing sekolahku kali ini tidak seperti biasanya. Lebih jauh dan lebih menantang. Kami perlu persiapan dua bulan. Bukan hanya persiapan fisik, tapi juga mental dan spiritual.

Ya hari itu hari yang paling kutunggu karena aku mau mendaki Gunung Krakatau bersama guru dan teman-teman sekolahku. Selepas sholat Magrib, aku bersiap-siap menuju ke sekolah. Papa dan Mama juga sudah siap untuk mengantarku. Sesampai di sekolah, aku langsung bergabung bersama teman-temanku. Kulihat wajah temantemanku bergembira. Sebelum berangkat, kami sholat Isya berjamaah di aula, lalu kami makan bersama. Para guru memberikan arahan kepada kami tentang teknis dan pembagian kelompok perjalanan. Kami pun berangkat, tak lupa kusalami Mama dan Papaku.

Kami dibagi dalam beberapa kelompok. Tak lama aku pun naik mobil bersama kelompokku menuju Pelabuhan Merak. Sesudah sampai pelabuhan Merak, kami langsung naik kapal menuju Pelabuhan Bakeuni. Hari sudah larut, aku langsung tertidur di dalam ruangan kapal tanpa alas. Saking nyenyaknya tidurku, aku baru terbangun jelang waktu sholat Shubuh. Kami bergegas ke mushola untuk melakukan sholat berjamaah. Alangkah indahnya Subuh kali ini… lautan biru nan luas menghampar di hadapan kami. Kapal feri yang besar ini terasa begitu kecil di tengah Selat Sunda ciptaan Allah ini. Masya Allah.

Akhirnya kami sampai di Pelabuhan Bakeuni Lampung tepat jam 6 pagi. Kami melanjutkan perjalanan menuju pelabuhan kecil yang dikenal dengan Dermaga Canti, yang akan membawa kami menyeberang ke Pulau Sebesi. Namun, di pelabuhan kecil ini kami beristirahat dulu untuk makan pagi. Perjalanan kami masih jauh, masih harus 2 kali menyeberang. Sambil makan, aku termenung. Ini Perjalanan terjauhku, juga perjalanan pertamaku naik kapal. Tapi aku senang banget, karena dapat bepergian lagi bersama teman-teman dan guru. Kami saling menjaga dan tolong menolong dalam setiap perjalanan. 

Waktu istirahat selesai, kami pun melanjutkan perjalanan dengan menaiki kapal kecil menuju Pulau Sebesi. Tak lupa kami semua menggunakan pelampung. Perjalanan kami tempuh kurang lebih selama 1 jam. Aku melihat deburan ombak menerjang kapal kami, kadang ombaknya besar, kadang kecil. Aku merasakan kapal seperti berayun-ayun. Beberapa temanku mabuk laut. Alhamdulilah aku tidak. Aku menikmati perjalananan ini, sesekali air laut menciprat wajahku. Aku melihat hamparan lautan yang sangat luas, tanda kebesaran Allah. 

Sampailah kami di Pulau Sebesi. Kami pun beristirahat di homestay. Selepas makan, kami sholat, sekalian dijamak Dzuhur dan Asarnya. Lalu, sore hari kami menuju ke Pulau Sebuku dengan naik kapal. Jarak antara Pulau Sebesi dan Pulau Sebuku tidak begitu jauh. 

Di Pulau Sebuku, kami berenang dan belajar menyelam di lautnya yang masih jernih. Aku bermain, bercanda dengan teman-teman dan guru, menghilangkan kelelahan dan juga belajar tentang Bentang Alam. Menjelang Magrib kami kembali ke Pulau Sebesi. Sayangnya aku tidak bisa melihat matahari tenggelam dari pantai Sebuku. Sesampai di homestay, aku beristirahat. Rasanya badan capek semua, menempuh perjalanan yang sangat panjang. 

Di Pulau Sebesi masyarakatnya baik-baik, ramah mereka menyambut kami dengan kehangatan. Seperti mimpi rasanya aku bisa berada di pulau terpencil ini. Pulau yang baru pertama aku lihat dan aku dengar namanya. Malam semakin larut, kesunyian terasa di sekelilingku. Rasa kantuk menghinggapiku, aku pun tertidur pulas. Sayup-sayup suara azan membangunkanku, bergegas aku menuju masjid untuk sholat subuh berjamaah bersama teman-teman, guru, dan penduduk sekitar. Selepas sholat, kami bersiap-siap, membawa tas kecil untuk perjalanan kami ke Gunung Krakatau. Ini yang aku nantikan dari awal perjalananku, mendaki Gunung Krakatau. Sebelum berangkat, tak lupa para guru memberikan pengarahan karena perjalanan ini membutuhkan stamina yang kuat. 

Kami juga berdoa agar perjalanan ke Gunung Krakatau diberikan kelancaran. Waktu tempuh dari Pulau Sebesi ke Gunung Krakatau kurang lebih 30 menit. Kami berhadapan dengan hamparan laut yang sangat luas, kapal kecil kami berayun-ayun ketika terkena ombak. Tapi, alhamdulillah, kala itu laut tenang, menandakan Gunung Krakatau boleh didaki. Dari kapal kecil yang kunaiki kulihat Gunung Krakatau menjulang tinggi. Gunung yang pernah meletus dahsyat di jaman dulu. Saking dahsyatnya, letusannya memusnahkan dirinya sendiri. Berdasarkan sejarah, sebetulnya yang kulihat sekarang adalah anaknya. Gunung Anak Krakatau. 

Akhirnya, kapal kecil kami telah sampai di dataran Krakatau. Perjalanan mendaki pun dimulai, kami berjalan pelan-pelan, melewati hutan yang sangat lebat. Di depan dan belakang kami ada para guru yang menjaga kami. Kami juga saling bekerja sama, bergandengan tangan manakala ada teman-teman yang kelelahan. Di tengah perjalanan, kami bertemu rombongan turis asing. Kami pun mengobrol dengan mereka. Mereka heran dan takjub karena kami masih kecil sudah berani mendaki Gunung Krakatau. Mereka memvideo kami. Senangnya di tengah perjalanan mendaki bertemu turis asing. Alhamdulilah, pendakian ini berjalan dengan lancar, teman-teman tidak ada yang menyerah, mereka terus berjuang mendaki agar bisa sampai di Puncak Gunung Krakatau, begitu pun denganku. 

 Akhirnya… sampailah kami di puncak Gunung Anak Krakatau. Apa yang aku impikan tercapai. Dari atas gunung, aku bisa melihat pemandangan sekitarnya, begitu indah meski bau belerang menyengat tercium. Perjalanan yang sangat panjang dan melelahkan terbayarkan sudah. Lagi-lagi kebesaran Allah semakin terasa di Puncak Gunung Anak Krakatau ini. Ketika mataku memandang jauh ke hamparan laut luas, seketika aku ingat ucapan lirih papaku, “Beruntung kamu Nak, bisa mendaki Gunung Krakatau. Sejak muda papa pengen banget ke sana, sampai kebawa dalam mimpi. Namun enggak kesampaian…” Semoga pengalamanku ini bisa menghibur papaku.

Komentar

Posting Komentar