MY FATHER EYES (22 April 2012)

April, tak bisa kulupa karena bulan itu aku kehilangan orang yang sangat kusayangi di muka bumi ini: Bapakku.

Hari kamis aku dapat berita bahwa Bapak masuk ICU, Bapak sudah koma. Adikku yang dari Bali sudah datang, tinggal aku yang belum. Aku sedih, tak kuasa menahan air mata. Ya, Allah bagaimana aku bisa sampai ke Sidoarjo dengan cepat karena kondisi keuangan kami saat itu tidak memungkinkan untuk pulang. Aku terus berdoa dan berharap ada keajaiban. Tiba-tiba aku teringat teman masku yang punya agen travel, aku minta masku untuk menghubunginya dengan harapan dia bisa menolongku. Alhamdulilah, dia mau mengusahakan tiket kepulangan kami. Subhanallah, Allahu Akbar... aku bersyukur seakan Allah berada di depanku, dan inilah keajaiban yang kumaksud. Akhirnya kami pun terbang ke Sidoarjo jumat pagi.

Sesampai di Sidoarjo, keheningan itu terasa di rumah. Aku segera pergi ke rumah sakit tapi sayang aku hanya bisa melihat dari kaca jendela ruang ICU. Ya Allah, aku tak bisa masuk untuk sekedar menyentuh dan melafalkan nama Allah di telinga Bapak. Peraturan Rumah sakit sangat ketat, tak boleh masuk kecuali kondisi pasien kritis.

Jumat malam, aku tetap berusaha untuk masuk. Melalui petugas jaga, aku meminta agar aku bisa masuk sebentar saja untuk bertemu Bapak, tapi mereka menolak. Peraturan tetaplah peraturan mereka hanya petugas yang menjalankan perintah. Rasa kesal, dongkol sempat menyelimutiku, mau protes tapi kepada siapa. Aku hanya bisa berdoa semoga bisa masuk ke ICU.
Doaku terkabul, masku membawa temannya yang perawat agar bisa memasukkanku dan suamiku ke ICU. Alhamdulilah Ya Allah untuk kesekian kalinya Kau dengar doaku, Kau penyelamatku Ya Allah.

Begitu aku masuk ke ICU, kudapati Bapak terbaring tak berdaya dengan semua alat-alat di tubuhnya. Tak tahan aku menangis, dadaku sesak, mulutku terasa terkunci tak bisa mengatakan sepatah kata saja. Kuelus-elus tangan Bapak, air mata terus mengalir sampai perawatnya bilang, “bicara mbak, Bapak pasti mendengar”. Kukuatkan hati agar aku bisa mengeluarkan kata-kata. Akhirnya aku berucap, ”Bapak, ini Lia sudah datang, pasrah ya Pak, sambil terus kulafalkan nama Allah, Allah, Allah, Allah di telinganya. Airmataku terus mengalir...

Melihat kondisi Bapak seperti itu, kami pasrah, kami terus membaca doa dan membaca yasin agar Allah memberikan yang terbaik untuk Bapak. Bunda lisa pernah bilang kepadaku, saat seseorang dalam kondisi sakaratul maut, orang-orang di sekitarnya harus membaca surat yasin untuk menangkal setan yang akan mengganggu.

Minggu sore aku pulang ke rumah karena suamiku mau balik ke Jakarta. Aku sudah mempersiapkan perlengkapan untuk menunggui Bapak fulltime di ICU, karena adikku pun hari senin balik ke Bali. Selepas Magrib, masku telpon kalau kondisi Bapak kritis, kami pun bergerak ke rumah sakit. Belum sempat berangkat, adikku telpon kalau Bapak sudah tidak ada. Aku kaget, saking kagetnya aku berteriak kalau Bapak sudah meninggal. Ibu  dan semua yang  di rumah berteriak histeris.

Ya Allah.... kami ikhlas menerima kepergian Bapak, ini adalah jalan terbaik bagi Bapak. Bapak sudah tenang dan bebas dari rasa sakit yang di deritanya selama 3 tahun tapi airmata tetap keluar dari mata kami. Bagaimanapun juga kami sangat kehilangan Bapak, kami tidak menyangka harus berakhir seperti ini, terlebih untukku, mendapati Bapak koma di ICU tak bisa mendengar suaranya, ataupun sekedar ngobrol. Masih kuingat pertemuan terakhir dengan Bapak saat lebaran tahun 2011, Bapak mengantarku ke bandara. Tak biasanya Bapak ikut serta.

Duka menyelimuti keluargaku, keluarga besarku dan masyarakat yang mengenal Bapak. Rintik hujan turun saat jenazah Bapak tiba di rumah, setelah itu berhenti, seakan ikut menyambut dan berduka dengan kepergian Bapak. Bau wangi  tercium dari jenazah Bapak. Subhanallah, Allahu Akbar...

Bapak adalah sosok yang baik, yang jujur, yang istiqomah di jalannya. Bapak juga di kenal sebagai TOGA (Tokoh Agama) dan TOMAS (Tokoh Masyarakat).  Meski selama hidupnya pernah dicurangi oleh orang-orang yang hanya memanfaatkannya, tapi Bapak tetap ikhlas menjalani pekerjaan dan jabatan yang diamanahkan kepadanya.

Selamat jalan Bapak, surga telah menantimu....

Aamiin

Komentar