
Hari kamis aku dapat
berita bahwa Bapak masuk ICU, Bapak sudah koma. Adikku yang dari Bali sudah
datang, tinggal aku yang belum. Aku sedih, tak kuasa menahan air mata. Ya,
Allah bagaimana aku bisa sampai ke Sidoarjo dengan cepat karena kondisi
keuangan kami saat itu tidak memungkinkan untuk pulang. Aku terus berdoa dan
berharap ada keajaiban. Tiba-tiba aku teringat teman masku yang punya agen
travel, aku minta masku untuk menghubunginya dengan harapan dia bisa
menolongku. Alhamdulilah, dia mau mengusahakan tiket kepulangan kami.
Subhanallah, Allahu Akbar... aku bersyukur seakan Allah berada di depanku, dan
inilah keajaiban yang kumaksud. Akhirnya kami pun terbang ke Sidoarjo jumat
pagi.
Sesampai di Sidoarjo,
keheningan itu terasa di rumah. Aku segera pergi ke rumah sakit tapi sayang aku
hanya bisa melihat dari kaca jendela ruang ICU. Ya Allah, aku tak bisa masuk
untuk sekedar menyentuh dan melafalkan nama Allah di telinga Bapak. Peraturan
Rumah sakit sangat ketat, tak boleh masuk kecuali kondisi pasien kritis.
Jumat malam, aku tetap
berusaha untuk masuk. Melalui petugas jaga, aku meminta agar aku bisa masuk
sebentar saja untuk bertemu Bapak, tapi mereka menolak. Peraturan tetaplah
peraturan mereka hanya petugas yang menjalankan perintah. Rasa kesal, dongkol
sempat menyelimutiku, mau protes tapi kepada siapa. Aku hanya bisa berdoa
semoga bisa masuk ke ICU.
Doaku terkabul, masku
membawa temannya yang perawat agar bisa memasukkanku dan suamiku ke ICU.
Alhamdulilah Ya Allah untuk kesekian kalinya Kau dengar doaku, Kau penyelamatku
Ya Allah.
Begitu aku masuk ke ICU,
kudapati Bapak terbaring tak berdaya dengan semua alat-alat di tubuhnya. Tak
tahan aku menangis, dadaku sesak, mulutku terasa terkunci tak bisa mengatakan
sepatah kata saja. Kuelus-elus tangan Bapak, air mata terus mengalir sampai
perawatnya bilang, “bicara mbak, Bapak pasti mendengar”. Kukuatkan hati agar
aku bisa mengeluarkan kata-kata. Akhirnya aku berucap, ”Bapak, ini Lia sudah
datang, pasrah ya Pak, sambil terus kulafalkan nama Allah, Allah, Allah, Allah
di telinganya. Airmataku terus mengalir...
Melihat kondisi Bapak
seperti itu, kami pasrah, kami terus membaca doa dan membaca yasin agar Allah
memberikan yang terbaik untuk Bapak. Bunda lisa pernah bilang kepadaku, saat
seseorang dalam kondisi sakaratul maut, orang-orang di sekitarnya harus membaca
surat yasin untuk menangkal setan yang akan mengganggu.

Ya Allah.... kami ikhlas
menerima kepergian Bapak, ini adalah jalan terbaik bagi Bapak. Bapak sudah
tenang dan bebas dari rasa sakit yang di deritanya selama 3 tahun tapi airmata
tetap keluar dari mata kami. Bagaimanapun juga kami sangat kehilangan Bapak,
kami tidak menyangka harus berakhir seperti ini, terlebih untukku, mendapati
Bapak koma di ICU tak bisa mendengar suaranya, ataupun sekedar ngobrol. Masih
kuingat pertemuan terakhir dengan Bapak saat lebaran tahun 2011, Bapak
mengantarku ke bandara. Tak biasanya Bapak ikut serta.
Duka menyelimuti
keluargaku, keluarga besarku dan masyarakat yang mengenal Bapak. Rintik hujan
turun saat jenazah Bapak tiba di rumah, setelah itu berhenti, seakan ikut
menyambut dan berduka dengan kepergian Bapak. Bau wangi tercium dari jenazah Bapak. Subhanallah,
Allahu Akbar...

Selamat jalan Bapak, surga
telah menantimu....
Aamiin
Komentar
Posting Komentar