Magnetnya mudik itu sebenarnya Orangtua, kalau Orangtua sudah tidak ada kemungkinan mudik tidak menarik lagi.
Teringat waktu kecil dulu, begitu lebaran tiba senangnya bukan main selain byk dpt ampow juga senang karena mudik ke rumah nenek bertemu dengan family. Masih ingat, waktu itu ibuku sibuk sekali mempersiapkan keperluan buat mudik, mulai bikin kue lebaran yg banyak smp beli baju buat anak2nya. Yg berkesan dan masih kuingat sampai sekarang, kami mudik naik bis, Subhanallah bisnya penuh sesak smp ibu ikutan berjubel ria. Aku, bapak dan adikku hanya bisa melihat dari jauh aksi nekat ibuku. Sadar tak bisa masuk ke dalam bis, kamipun pulang dengan perasaan sedih.
Selain itu yang masih kuingat juga saat mudik, omku menjemput kami dengan menggunakan Pick up. Jadilah kami malam-malam berangkat naik pick up yang hanya ditutupi kain terpal. Ah, senangnya waktu itu meski mudik dengan cara yang sederhana.
Kini, Tradisi mudik itu menghinggapi diriku. Tapi bedanya aku tidak seheboh ibuku, dan tidak berjubel-jubel spt jaman dulu. Bersyukur, axel tidak mengalami spt apa yg di alami olehku. Hanya dengan bersyukurlah sisi positif itu nampak di depan kita.
Selamat Mudik, jadikan mudik murni silahturahim bukan ajang pamer.
Komentar
Posting Komentar