Firasat

Aku dan Alm.bulek
Suasana mendung masih menyelimuti keluarga besarku. Pasca meninggalnya bulekku aku menjadi ingat tentang pertemuan terakhir dengan beliau yang sarat makna dan sangat berkesan sekali. Kata orang-orang, orang yang akan meninggal 40 hari sebelum kematian sudah menyadi mayat. Pada tanggal 14 Juni 2009, aku bertemu bulek untuk terakhir kalinya dalam suatu pesta resepsi pernikahan anak tanteku yang juga sepupuku di Jakarta. Disitu semua keluarga besar dari Mbah Usman Subandi hadir dan berkumpul. Kecuali bapak, ibuku tidak hadir karena beliau berdua sedang sakit. Aku dan adikku hadir untuk mewakilinya. Seperti biasa kami bertemu satu sama lainnya dengan suasana yang rame dan saling melempar canda, penuh kehangatan&kekeluargaan khas keluarga besar kami. Seneng rasanya saat itu bisa ketemu saudara-saudara satu mbah, seperti halal-bihalal saja, maklum momen yang seperti ini jarang terjadi kalau tidak ada hajatan penting.

Aku bertemu bulek seperti biasanya layaknya keponakan dan bulek, tapi dalam hatiku mengatakan kenapa bulek hanya diam tidak seperti biasanya, perasaan itu semakin kuat seakan ada keganjilan dalam diri bulek dengan diamnya tersebut, namun perasaan itu kutepis, mungkin hanya perasaanku saja karena lama tidak berjumpa atau karena bulek sedang capek. Tak banyak yang kami bicarakan waktu itu, saat kami duduk bersebelahan tiba-tiba bulek minta foto denganku dan axel, agar bisa ditunjukkan ibuku apabila bulek silahturahmi ke Sidoarjo. Akhirnya foto itu hanya tinggal kenangan. Foto itu masih kusimpan rapi di Hpku.

Seminggu sebelum meninggal, bulek terkena serangan jantung. Saat itu perasaanku menjadi aneh, 2 hari sebelum meninggal aku bermimpi aneh dan perasaan itu semakin kuat. Klimaksnya tanggal 9 Juli 2009 pagi kakakku telpon mengabarkan kalau bulek telah tiada. Tak hanya menangis, lemas tapi bayangan pertemuan terakhirku dengan beliau, perasaanku, mimpiku yang aneh seakan itu menandakan sebuah firasat kalau aku harus kehilangan seseorang yang terdekat denganku. Andai Aku tahu dari awal kalau itu adalah firasat mungkin aku bisa bertindak lebih cepat lebih baik.

Aku tidak bisa membayangkan bagaimana perasaan bapak, ibuku yang sekarang sedang sakit terutama ibuku pasti sangat sedih dan kehilangan ditinggal adik kandungnya. Apalagi ibuku sudah akan menjenguk tapi karena kondisi yang tidak memungkinkan akhirnya batal berangkat. Siapa yang mengira kalau bulek harus pergi mendadak seperti ini. Umur manusia siapa yang tahu, hanya Allah yang tahu kapan kita di panggilNya.

Bulek yang selalu ada di saat momen-momen keluarga, bulek yang mau bersilahturahmi ke siapa saja, di saat acara apa saja. Kini tak ada lagi sosoknya di acara- acara keluarga. Kami juga merasakan duka yang mendalam seperti anak-anaknya, sepupuku karena bulek layaknya ibu bagi kami.

Selamat Jalan bulek Sus doa kami menyertaimu. Semoga semua amal ibadah beliau diterima oleh Allah SWT. Amiiiiiiiiiiiiiin……..

Maafkanlah aku yang tidak hadir untuk memberi penghormatan terakhir. Hanya doa dan ini yang bisa kupersembahkan……………

Komentar